Sejarah Tembok Raksasa China, yang Rusak Akibat Gempa Qinghai

Sejarah Tembok Raksasa China — Sebuah bagian dari Tembok Raksasa China yang dibangun era Dinasti Ming (1368-1644) runtuh akibat gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,9 mengguncang Provinsi Qinghai pada Sabtu (8/1).

Bagian Tembok China sepanjang dua meter di daerah Shandan, Provinsi Gansu, China Barat Laut, terlihat hancur. Padahal pusat gempa berjarak 114 kilometer dari lokasi bagian tembok tersebut.

Dikutip dari laman History, Tembok Raksasa Cina merupakan rangkaian tembok dan benteng kuno sepanjang lebih dari 13.000 mil (20.921,47 km) yang berlokasi di China bagian utara.

Bagian Tembok Raksasa China Runtuh akibat Gempa M 6,9 Guncang Qinghai
Bangunan ini awalnya digagas oleh Kaisar Qin Shi Huang, kaisar pertama dari Tiongkok.

Kaisar yang memimpin Dinasti Qin ini memerintahkan agar benteng-benteng yang sudah ada dihancurkan. Ia lalu memerintahkan rakyat China untuk membangun tembok di sepanjang wilayah utara untuk melindungi China dari serangan dari utara.

Keagungan Tembok Raksasa Cina semakin terpelihara pada masa dinasti Ming sekitar abad ke-14 hingga ke-17 Masehi, meskipun dibuat untuk mencegah serangan dari luar, Tembok Raksasa China tidak mampu mencegah penjajah memasuki Tiongkok.

Tembok Raksasa China terbuat dari tanah dan batu. Bangunan ini membentang dari pelabuhan Laut Cina Shanhaiguan hingga ke barat yakni ke provinsi Gansu. Bangunan ini melindungi beberapa area strategis.

Baca Juga: Sejarah Pembangunan Piramida Giza Mesir

Tinggi Tembok China

Tinggi bangunan ini bervariasi, mulai dari 15 hingga 50 kaki atau Tembok Raksasa menjulang setinggi sekitar 15-30 kaki atau sekitar 4,5 meter hingga 15,2 meter. Bangunan ini juga memiliki menara penjaga di beberapa bagiannya.

Setelah Kaisar Qin Shi Huang dan Dinasti Qin jatuh, Tembok Raksasa China jatuh ke tangan beberapa dinasti selanjutnya, mulai dari Dinasti Han hingga Dinasti Wei yang memperbaiki dan memperluas Tembok Raksasa China untuk mempertahankan diri dari serangan suku lain.

Setelah itu, Tembok Raksasa China dikuasai oleh Kerajaan Bei Qi (550-577 Masehi). Penguasa kala itu membangun dan memperbaiki tembok sepanjang lebih dari 900 mil atau sepanjang 1.448 km. Kemudian dikuasai oleh Dinasti Sui (581-618 Masehi) yang beberapa memperbaiki dan memperpanjang Tembok Raksasa China.

Setelah itu, Tembok Raksasa China dikuasai oleh Dinasti Tang, Dinasti Song, dan Dinasti Yuan yang didirikan oleh Jenghis Khan.

Terlepas dari sejarahnya yang panjang, Tembok Raksasa China mengalami pemugaran secara maksimal pada masa Dinasti Ming (1368-1644 Masehi). Dengan demikian kekokohan bangunan itu bisa dinikmati hingga sekarang.
Setelah ratusan tahun difungsikan sebagai alat pertahanan diri, Tembok Raksasa China kini menjadi salah satu destinasi wisata terkenal di China.

Badaling adalah area paling populer dari Tembok Raksasa China yang juga dikenal penuh sesak dengan turis lokal dan internasional.

Namun suasana itu mungkin segera berubah, dengan otoritas di Badaling mengumumkan mereka bakal menerapkan kuota pengunjung harian baru sebanyak 65 ribu pengunjung per hari mulai 1 Juni 2019.

“Jumlah wisatawan yang mengunjungi area Badaling sangat besar,” kata Chen Fei, wakil direktur Kantor Distrik Badaling, kepada Radio Beijing Corporation.

“Sekitar 10 juta pengunjung datang ke Badaling sepanjang tahun lalu.”

Jumlah tersebut mirip dengan populasi manusia di Swedia atau Austria. Per hari Badaling dikunjungi sekitar 27 ribu pengunjung.

Selain Badaling, objek wisata di China lainnya seperti Bendungan Tiga Ngarai dan Museum Istana Beijing juga ramai dikunjungi turis.

Untuk itu, pemerintah China menerapkan aturan baru demi meredakan kepadatan turis selama musim liburan. Salah satunya, pelancong yang ingin ke Tembok Raksasa China lebih baik merencanakan kunjungan mereka selama musim sepi (November hingga Maret, tidak termasuk Hari Libur Tahun Baru China) atau bertualang ke beberapa bagian Tembok Raksasa selain Badaling.